Senin, 18 April 2016

Ada Indikasi Saudi Pada Tragedi WTC (9/11)

Obama Didesak Buka Dokumen yang Hubungkan Saudi dengan 9/11

image
Foto Tragedi WTC (9/11)
Gedung Putih tengah menimbang untuk membuka sebuah dokumen mengenai peristiwa 9/11 yang menghubungkan antara jaringan asal Arab Saudi dengan pelaku pembajakan pesawat yang digunakan dalam serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang pada 2001 itu.
Penyelidikan gabungan dua partai Amerika Serikat (AS) yang dilakukan pasca tragedi 9/11 mewawancarai ratusan saksi mata dan mengumpulkan laporan setebal 800 halaman, namun bagian terakhir dari laporan itu sampai saat ini masih dirahasiakan karena alasan keamanan nasional.
Setelah 13 tahun, dua orang senator dari penyelidikan gabungan Kongres AS itu mendesak pemerintahan Presiden Barack Obama untuk membuka dokumen itu kepada publik. Senator Kirsten Gillibrand dan Senator Bob Graham yang telah membaca laporan tersebut berpendapat keluarga korban tragedi tersebut berhak untuk mengetahui isi laporan tersebut sebelum kunjungan Obama ke Timur Tengah pada 21 April mendatang.
Dalam wawancara yang dengan stasiun televisi CBS, Senator Graham membenarkan adanya keterlibatan pemerintah, orang kaya, dan badan amal dalam jaringan yang disebutkan dalam laporan tersebut. Laporan tersebut menyebutkan dukungan yang diberikan kepada pelaku aksi pembajakan termasuk akomodasi selama berada di AS dan pendaftaran mereka ke sekolah terbang.
Pada Januari 2000, pelaku pertama pembajakan yang tiba di AS terbang ke Los Angeles setelah menghadiri pertemuan Al Qaeda di Malaysia. Dari 19 orang pelaku, 15 diantaranya adalah warga Arab Saudi.
Menurut laporan yang dilansir Independent, Rabu (13/4/2016) mereka datang tanpa pengelaman sama sekali di dunia Barat dan penguasaan Bahasa Inggris yang minim. Namun, mereka bisa mendapatkan tempat tinggal di San Diego dan belajar menerbangkan pesawat dengan bantuan seorang agen asal Arab Saudi, Omar al-Bayoumi.

Saudi Ancam Jatuhkan Dollar Jika Amerika Bongkar Peran 9/11

Pemerintah Arab Saudi mengancam akan menjual ratusan miliar dolar senilai aset Amerika jika kongres Amerika Serikat meloloskan rancangan undang-undang yang bisa mengungkap tanggung jawab setiap peran dalam serangan 9 September 2011. Kabar ini dilansir New York Times pada Jumat (15/4/2016).
Koran tersebut melaporkan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan kepada anggota parlemen Abang Sam bulan lalu bahwa “Saudi akan terpaksa menjual US$ 750 miliar atau setara Rp9,868 triliun dalam bentuk sekuritas dan aset lain di AS sebelum aset itu dibekukan oleh pengadilan Amerika.”
Rancangan undang-undang yang sudah diloloskan Komite Kehakiman Senat pada awal tahun ini akan mengambil kekebalan dari pemerintah luar negeri dalam kasus-kasus “yang timbul dari serangan teroris yang menewaskan orang Amerika di tanah Amerika.”
New York Times yang mengutip pejabat pemerintah dan kongres menyebut “Ancaman Saudi telah menjadi pokok pembicaraan hangat dalam beberapa pekan antara anggota kongres dan pejabat Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon.”
Dalam laporannya, Times mengatakan bahwa pemerintahan Obama telah melobi kongres untuk menghadang rancangan undang-undang itu menjadi undang-undang. Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan berdiri “tegak dengan para korban aksi kekerasan dan bagi orang-orang yang dicintai.”
“Kami tetap berkomitmen menghadirkan keadilan bagi para teroris dan siapa-siapa yang menggunakan terorisme untuk memajukan ideologi bejat mereka,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby, seperti diberitakan Reuters, Ahad (17/4).
Pada September 2015, seorang hakim Amerika Serikat membantah klaim melawan Arab Saudi terhadap korban serangan 9/11, mengatakan bahwa kerajaan memiliki kekebalan berdaulat dari klaim kerusakan oleh keluarga dan dari penjamin asuransiyang menutupi kerugian yang diderita oleh pemilik bangunan dan usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar